What You See is What You Get..

Senin, 24 November 2014

Pelestarian Barzanji di Era Globalisasi

Pelestarian Barzanji Di Era Globalisasi oleh Remaja Muslim Desa Minggiran Kabupaten Kediri


Indonesia adalah negara penyumbang terbesar penduduk muslim di dunia dengan 202.867.000 penduduk muslim atau 88,22 % dari keseluruhan penduduknya ( sensus tahun 2000).[1]
Menelaah temuan di atas, secara kuantitas, Indonesia patut di ‘acungi jempol’ sebagai penyumbang terbesar penduduk muslim sedunia. Walaupun kontribusi intelektualnya masih sangat jauh di bawah proporsi bila dibandingkan Mesir, Turki, Timur Tengah atau India dengan muslim minoritas. Hanya saja Indonesia masih bisa berbangga, sebab Indonesia masih melestarikan budaya islamnya di era globalisasi. Teknologi dan informasi semakin canggih setiap tahunnya, banyak penduduk Indonesia yang mulai dan sudah mengikuti perkembangan negara barat yang entah itu mengarah ke sikap negatif ataupun positif. Tetapi walaupun demikian, di sisi lain Indonesia masih melestarikan budaya leluhurnya, seperti kita tahu budaya ruwatan yang biasa dilaksanakan ketika bulan suro, kupatan yang diadakan setiap bulan syawal, manaqib, dan lain sebagainya. Apalagi jika budaya leluhur itu dilakukan oleh kaum remaja yang sekarang ini lebih tertarik dengan budaya orang barat. Tapi remaja di Desa Minggiran Dusun Rejowinangun Kecamatan Papar Kabupaten Kediri, mampu menyandingkan budaya leluhurnya dengan budaya global. Seperti setiap hari sabtu malam atau malam minggu selalu rutin diadakan barzanji oleh remaja muslim.
Maka dari situlah saya tertarik untuk ingin lebih tahu bagaimana usaha mereka bisa tetap melestarikan budaya islam kuno di era globalisasi.

A.     Barzanji
Berzanji atau Barzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Reading berzanji, is aimed to upgrade faith and love of prophet Muhammad Saw. This ritual has been constantly civilized in traditional javanese muslims for centuries.
 Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.[2]
Pembacaan Barzanji pada umumnya dilakukan di berbagai kesempatan, sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Di masjid-masjid perkampungan, biasanya orang-orang duduk bersimpuh melingkar. Lalu seseorang membacakan Barzanji, yang pada bagian tertentu disahuti oleh jemaah lainnya secara bersamaan. Di tengah lingkaran terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil lainnya yang dibuat warga setempat secara gotong-royong.
Pada saat ini, perayaan maulid dengan Berzanji seperti itu sudah berkurang, dan umumnya lebih terfokus di pesantren-pesantren kalangan Nahdlatul Ulama (Nahdliyin). Buku Berzanji tidaklah sukar didapatkan, bahkan sekarang ini sudah banyak beredar dengan terjemahannya. Salah satu tradisi yang menarik dilaksanakan oleh kalangan umat muslim adalah pembacaan kitab Barzanji (orang Jawa secara lisan menyebutnya sebagai ‘Berjanji’ atau‘Berjanjen’).
Barzanji atau sholawat (barzanjen) adalah bentuk kesenian yang bernafaskan Islam atau sebagai sarana dakwah Islam dengan Kitab Barzanji sebagai sumbernya (Paisun, 2010: 24). Kitab Barzanji  sendiri adalah karya tulis dari Syekh Ja’far Ibnu Hasan Ibnu Abdul Karim Ibnu Muhammad al Barzanji yang berisi tentang prosa dan sajak yang bertutur tentang biografi Nabi Muhammad SAW, mencakup nasab-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga menjadi rasul. Selain itu diceritakan pula berbagai nilai suri tauladan beliau yang patut untuk dicontoh oleh generasi umat Islam Indonesia pada khususnya.Adapun dalam pemahaman lainnya,Barzanji merupakan suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Tradisi budaya Islam ini dapat dikategorikan sebagai kelompok seni pertunjukan yang terdiri dari vokal, musik, dan tanpa tari atau gerakan badan. Kelompok dalam kesenian ini cukup banyak lebih dari 20 orang bisa laki-laki ataupun perempuan muda atau dewasa. Kesenian pembacaan barzanji ini pada ditampilkan pada malam hari dengan posisi berdiri. Bisa dikatakan tradisi barzanji ini mirip dengan seni musik acapella lainnya seperti nasyid yang kini tengah populer, namun berbeda dengan nasyid kini sudah merangkul musik modern sebagai saran dakwah. Tradisi seni barzanji sendiri sangat terikat dengan kultur mengingat barzanji sendiri merupakan syair puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.[3]
Oleh karenanya , dalam membaca barzanji tidaklah bisa disamakan dengan membaca legenda Malin Kundang yang hanya menyerap pelajaran dan matsal-matsalnya, namun juga sebagai wahana tabaruk, tawasul dan mengharapkan bimbingan dengan meneladani, do’a dan syafa’at dari Sang Agung yang ruhnya selalu hidup diantara umat.

B.     Sejarah Barzanji
Nama Berzanji diambil dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja'far al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim. Ia lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tersebut sebenarnya berjudul 'Iqd al-Jawahir (Bahasa Arab, artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.[4]
Kitab Barzanji yang nama aslinya ‘Iqd al Jawahir (Kalung Permata) di tulis oleh Syekh Ja’far al Barzanji bin Husin bin Abd Karim (1690 M-1766 M) yang lahir di Madina di kampung kelahirannya Barzanji. Nama Barzanji mulai terkenal di dunia Islam ketika Syekh Mahmud al Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang waktu itu menguasai Irak (1920-an). Kitab ini ditulis dengan tujuan (Menurut penulisnya) untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi SAW dan agar umat Islam meneladani kepribadiaannya.
Di dalam Kitab al Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi SAW dalam bahasa yang indah, berbentuk puisi, prosa dan qasidah yang sangat menarik perhatian orang yang membaca, mendengarnya apalagi yang memahami arti dan maksudnya. Kitab al Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) di baca di mana-mana dalam berbagai kesempatan,seperti peringatan maulid, upacara pemberian nama seorang bayi, acara sunatan (khitanan), upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai syukuran dan ritual lainnya sebagai ritual yang dianggap meningkatkan iman dan membawa manfaat yang banyak.[5]
Adapun historisitas Al Barzanji berawal dari lomba menulis riwayat dan puji-pujian kepada Nabi yang diselenggarakan Shalahuddin pada 580 H/1184 M. Dalam kompetisi itu, karya indah Syekh Ja`far al-Barzanji tampil sebagai yang terbaik. Sejak itulah Kitab Al-Barzanji mulai disosialisasikan pembacaanya ke seluruh penjuru dunia oleh salah seorang gubernur Salahudin yakni Abu Sa`id al-Kokburi, Gubernur Irbil, Irak.
Di Indonesia, tradisi Barzanji bukan hal baru, terlebih di kalangan Nahdliyyin (sebutan untuk warga NU). Berzanji tidak hanya dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara kelahiran, aqiqah dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren, berjanjen atau barzanji telah menjadi kurikulum wajib.
Selain al-Barzanji, terdapat pula kitab-kitab sejenis yang juga bertutur tentang kehidupan dan kepribadian Nabi. Misalnya, kitab Shimthu al-Durar karya al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Ada pula al-Burdah karya al-Bushiri dan al-Diba’ karya Abdurrahman al-Diba’iy. Namun, yang masyhur di masyarakat adalah al-Barzanji dan al-Diba’.
Al Barjanji sendiri merupakan karya tulis berupa puisi yang terbagai atas 2 bagian yaitu Natsar dan Nazhom. Bagian natsar mencakup 19 sub-bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Keseluruhnya merunutkan kisah Nabi Muhammad SAW, mulai saat-saat menjelang Nabi dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nazhom terdiri dari 16 subbagian berisi 205 untaian syair penghormatan, puji-pujian akan keteladanan ahlaq mulia Nabi SAW, dengan olahan rima akhir berbunyi nun.[6]
C.     Sejarah Barzanji di desa Minggiran
Barzanji di desa Minggiran dusun Rejowinangun dilaksanakan sejak tahun 2012. Barzanji ini dicetuskan oleh bu Rhosidah selaku ketua kegiatan barzanji desa Minggiran dusun Rejowinangun. Awalnya jumlah anggota yang mengikuti barzanji hanya sekitar 20 orang, yang mayoritas terdiri dari remaja-remaja muslim desa Minggiran dusun Rejowinangun. Sampai tahun 2014 telah terhitung 40 orang yang telah menjadi anggota barzanji desa Minggiran dusun Rejowinangun. Kitab yang di lantunkan adalah kitab Al-Barzanji. Biasanya barzanji dilakukan setiap hari sabtu malam, dimulai sekitar pukul 19.00-21.00 wib. Susunan kegiatan juga meliputi pembukaan barzanji, kirim do’a, shalawatan, membaca kitab Al-Barzanji, makan, dan terakhir penutup. Awal pertama tahun 2012 belum ada kegiatan arisan rutinan di dalam barzanji, dan lagu-lagunya juga masih belum sebanyak sekarang hanya lagu-lagu Imam Marush dan Shalatullah, sekarang bertambah dengan adanya lagu Kramat dari Rhoma Irama, Ya Allah dari Wali Band, Assatukhum, serta Cari Berkah dari Wali Band. Dulu barzanji bertempat di musholla dan di rumah bu Rhosidah, tetapi sekarang dilaksanakan bergantian sesuai dengan urutan arisannya atau dilaksanakan di rumah orang yang memiliki hajat seperti ulang tahun, aqiqah, slametan, dan tasyakuran. Arisan yang dilakukan juga bertujuan untuk membantu ekonomi orang yang memiliki hajat tersebut. 
D.    Tujuan Barzanji dalam Perspektif Islam
Tradisi barzanji memiliki payung hukum yang jelas dan kuat di dalam islam. Sebagaimana firman Allah ;
وَ كُلًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَ نبَآ ءِ اٌ لرُّ سُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَا دَ كَ ج وَ جَآ ءَكَ فِى هَذِ هِ اٌ لْحَقُّ وَ مَوْ عِظَةٌ وَذِ كْرَ ى لِلْمُؤْ مِنِيْنَ
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud :120)[7]
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab : 21).[8]
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56).[9]
Allah SWT telah mengajarkan kepada kita, bahwa cara mencintai Nabi SAW adalah :
1.Mentaati atau mengikuti sunnahnya “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah” (QS. Al Hasyr : 7). “Taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kamu mendapat rahmat” (QS.Ali Imran : 132).
2.Meneladani Akhlaknya “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab : 21)
“Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu” (QS.Al Qashash:77).[10]

Berdasarkan seruan Allah di atas,maka manfaat suatu amalan hendaknya dilihat dari dua sisi,yaitu kepentingan akhirat dan kepentingan dunia.  sebagaimana yang firmankan Allah SWT.
وَ اُ تَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَ نَا بَ إِ لَىَّ ج ثُمَّ إِ لَىَّ مَرْ جِعُكُمْ فَأُ نَبِّئُكُم بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُو نَ
“ dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada kulah kembalimu, Maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”[11]
At-Tasturi (w.283 H) dalam tafsirnya menyatakan, “ Barang siapa menempuh jalan menuju Al-Haq hendaknya ia mengikuti jejak orang-orang sholih, sebab keberkahannya bisa menghantarkan menuju Al-Haq (Allah SWT).”
Dalam riwayat panjang yang menceritakan orang-orang ahli dzikir Nabi bersabda :
هُمْ ا لْجُلَسَا ءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
“ mereka adalah orang-orang dalam majlis yang tidak akan tertimpa celaka orang yang duduk di majlisnya” (Shohih Bukhori : 5929, Shohih Muslim : 4854 dll).
Dalam Musnad Ahmad juga disebutkan :
“ Akan masuk surga atas syafaat dari seorang laki-laki sekelompok kaum yang lebih banyak dari Bani Tamim.”
وَقَدْ وَرَدَ فِي اْلآ ثَرِ عَنْ سَيِّدِ الْبَشَرِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَا لَ : مَنْ وَ رَّ خَ مُؤْمِنًا فَكَأَ نَّمَا أَ حْيَا هُ وَمَنْ قَرَأَ تَا رِ يْخَهُ فَكَأَ نَّمَا  زَا رَهُ فَقَأَ نَّمَا زَارَهُ فَقَدِ ا سْتَوْ جَبَ رِ ضْوَا نَ اللّهِ فِي حُرُ وْ رِ ا لْجَنَّةِ. (بغية المستر شد ين , ص ٩٧)                                         
Tersebut dalam sebuah atsar; Rasulullah pernah bersabda : Siapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) sama artinya menghidupkannya kembali, siapa membacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya. Siapa yang mengunjunginya, Allah akan memberinya surga.
Jadi, amal barzanji ini adalah salah satu wasilah dengan kecintaan, pengidolaan tokoh-tokoh besar melalui pembacaan geografinya agar contoh ‘prihidup nyatanya’ bisa jadi suri tauladan, bimbingan dan futuh yang akhirnya bisa mendekatkan muridin disisi Allah SWT.
Dr. Muhammad bin Alwy Al-Maliki berkata : “ Seyogjanya kita mengerti bahwa tabarruk itu tiada lain adalah tawasul terhadap Allah SWT melalui orang yang dialap berkah, baik dari atsarnya (contoh peninggalan, ucapan, autobiografi), suatu tempat atau seseorang...”[12]
Lebih lanjut ia juga menyimpulkan bahwa tabarruk adalah sunnah marfu’ah, dan suatu thoriqoh (prilaku) yang terpuji dan sesuai syari’at. Sebagaimana yang dilakukan sahabat-sahabat utama.[13]
E.     Globalisasi
Pemanasan global sedang berlangsung di bumi. Perubahan musim, mencairnya es di kutub dan kenaikan air laut, mengancam keselamatan bumi, seluruh kehidupan manusia, dan alam. Semua itu terjadi akibat ulah sebagian manusia yang hidup tak berkebudayaan. Hidup tanpa memedulikan lagi nilai-nilai kemanusiaan seraya mengumbar keserakahan global. Dibutuhkan komitmen masyarakat untuk menyelamatkan kehidupan di bumi. Sementara di Indonesia sebagian orang masih asyik dengan dirinya sendiri, menghamba pada kapitalisme dan gaya hidup yang selalu menuntut eksploitasi sumber alam tanpa batas, pembabatan hutan dan tuntutan hidup mewah yang mau tak mau harus diperoleh dari korupsi.[14]
Di Indonesia, di mana kebudayaan masyarakatnya sebagian bercorak pertanian, kebudayaan dalam konteks norma dan sistem sosial kemasyarakatan pedesaan masih tercermin secara sadar atau tidak sadar pada setiap aspek kehidupan. Paternalistik, kesenangan berkumpul dalam rangka suatu solidaritas, keterlibatan keluarga, semua ini mencerminkan kebudayaan agraris yang masih berakar, meskipun di kota besar corak kehidupan semacam itu sudah terkontaminasi dan termodifikasi oleh berbagai macam gaya hidup. Solidaritas sosial di desa menjadi sangat positif ketika arah perhatian tertuju pada kebersamaan, gotong royong, saling memperhatikan, dan menolong. Makna peningkatan kualitas hidup dengan demikian memperoleh substansi yang tepat dalam keadilan, kesejahteraan bersama, dan harmoni. Bukan kepentingan individual atau kelompok tertentu.[15]
Indonesia sebagai negara bangsa pluralistik dan multikulturalistik, dihuni oleh berbagai etnis, bahasa, agama, dan ideologi serta letak geografis antardaerah yang luas, dipisahkan oleh ribuan pulau. Oleh karena itu, dalam negara bangsa ini, resiko terjadinya konflik di masyarakat sangat besar. Suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri adalah pernah terjadi konflik dibeberapa daerah. Misalnya, konflik di Kalimantan Barat, Aceh, Poso, dan Papua. Sejumlah konflik itu memiliki geneologi dan anatominya tersendiri. Ada yang dipicu karena perbedaan dan kesenjangan etnis, agama, politik, dan persoalan SARA lainnya, tetapi kebanyakan bersifat horizontal dengan melibatkan etnis yang berbeda dan dipicu oleh sentimen keagamaan. Namun demikian, dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik dan multikulturalistik tersebut ada norma-norma atau nilai-nilai yang dianut secara turun-temurun untuk dapat mewujudkan kehidupan yang harmonis melampaui batas etnis, bahasa, agama, atau ideologi.[16]
Dampak negatif dari globalisasi pada masyarakat Jawa adalah munculnya bangunan etika-sosial yang berpedoman pada kesopanan dengan pola kepura-puraan, mimik dan kamuflase, dan tidak memiliki egosentris yang kuat. Sehingga untuk menilai kebenaran sangat sukar sekali. Ada pepatah “rubuh-rubuh asem,” mana yang menjadi kecondongan orang banyak, itu yang diikuti.
F.      Tujuan Pelestarian Budaya
Tradisi merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang secara historis keberadaannya dan keberlangsungannya bersifat turun temurun. Tradisi masyarakat dapat berupa adat atau budaya masyarakat setempat. Dari aktifitas ‘beradat’ atau ‘bertradisi’ ini, terbangun budaya dan masyarakat berkebudayaan. Budaya adalah salah satu kekuatan sejarah.[17] Namun apa yang dimaksud dengan “budaya” tergantung dari world view orang yang mendefinisikannya. Dalam kehidupan empirik, banyak sekali budaya-budaya lokal yang mempunyai label atau identitas keagamaan yang sangat beraneka ragam di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kebudayaa tersebut lahir di dalam masyarakat human culture interaction yang hanya bisa dipacu oleh culture events.[18] Islam menyentuh bagian paling privat dari masyarakat-budaya dengan membentuk akal budi manusia, menelisik ruang batin untuk menyambungkan dengan Sang Pencipta, memberi pandangan baru tentang alam fana dan hakikat Pencipta serta mengilhami rasa-karya dari keelokan cipta-karsaNya.[19] Tradisi budaya merupakan berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun temurun dijalankan oleh masyarakat dan menjadi kebiasaan yang bersifat rutin, contohnya tradisi slametan. Tradisi keagamaan adalah suatu kebiasaan dari aktifitas yang telah berakar dalam kondisi sosial budaya, sehingga terjadi semacam rutinitas, contohnya barzanji, dhiba’, grebegan, syawalan, dll.
Republika.Co.Id, Madinah, Pelestarian budaya Islam sudah menjadi kebutuhan. Itu bisa digunakan secara bersama-sama untuk membangun peradaban Islam di seluruh dunia.[20] “Jika dimanfaatkan, ini akan mencegah upaya pelemahan terhadap umat Islam yang datang dari segala arah,” kata  Abdul Azis Othman Altwaijri, Direktur ISESCO (Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO)  pada acara Konferensi Khusus Menteri Kebudayaan Negara-Negara Islam di Madinah, Arab Saudi, Selasa (22/1).
Menurut Abdul Azis, jika seluruh negara yang memiliki warisan budaya Islam bersatu dan dikembangkan, maka ini akan membangun umat muslim dari keterpurukan. “Tentunya, dengan bantuan dan bimbingan Allah,” katanya.
Jika umat Islam bersatu untuk mewariskan budaya-budayanya, maka ini menjadi cara yang efektif untuk mencapai kemajuan budaya. Hal tersebut sangat diperlukan untuk pembangunan yang lebih besar dalam bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan teknologi.
Karena itu, Abdul Azis meminta, setiap negara yang memiliki penduduk Islam, harus memanfaatkan semua potensi warisan budaya yang ada.  Ini merupakan tugas mulia untuk meneruskan regenerasi keislaman pada generasi yang akan datang.[21]
Sebagai masyarakat pelarian dari daerah konflik (India), orang Jawa mendambakan kehidupan aman, damai dan saling berdampingan.[22] Secara psikologi, pembawaan orang Jawa yakni sentimental (perasa), sensitif (peka), punya naluri kebersamaan, mendahulukan orang lain dan tidak suka konflik. Pepatah Jawa menyebutkan, “Dedalani guna lan sekti, kudu andap ashor, wani ngalah duwur wekasane.” ( Usaha menuju kesuksesan itu harus ditempuh dengan rendah hati, berani mengalah, pada akhirnya akan mendapat kemuliaan).



BAB III
DATA PENELITIAN

Penulis melakukan penelitian secara kualitatif, dengan melakukan wawancara kepada remaja muslim Desa Minggiran Dusun Rejowinangun Kecamatan Papar Kabupaten Kediri, mengenai usaha-usaha mereka dalam melestarikan kesenian al-Barzanji.
A.     Paparan Data
1. Barzanji
            Bacaan puji-pujian yg berisi riwayat Nabi Muhammad saw.
2. Lokasi atau Tempat Penelitian
            Desa Minggiran, Dusun Rejowinangun, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.
3. Pelaksanaan Penelitian
            Penelitian dilakukan selama 1 minggu dimulai pada hari Minggu, 21 September 2014 pukul 11.00 wib.
4. Narasumber
            Remaja-remaja muslim Desa Minggiran, Dusun Rejowinangun, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.




BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

A.     ANALISA
1.       Hasil Wawancara
            Dalam hal ini saya berwawancara dengan remaja muslim yang mengikuti kegiatan barzanji rutinan di Desa Minggiran bernama Risma , bertempat tinggal di Desa Minggiran, Dusun Rejowinangun, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. Risma adalah seorang pelajar sekolah Madrasyah Aliyah di Nganjuk. Risma telah mengikuti kegiatan Barzanji sejak tahun 2012. Setiap Sabtu malam, ia harus mengosongkan jadwalnya untuk mengikuti kegiatan rutinan tersebut. Baginya, kegiatan tersebut sangat tidak mengganggu dirinya di malam Minggu. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk dirinya, daripada harus berpergian yang tidak ada manfaatnya seperti biasanya yang dilakukan remaja-remaja lain.[23] Baginya membaca kita Al-Barzanji sangat bermanfaat, untuk lebih mendekatkan dia kepada Sang Maha Pencipta dan mengagungkan Rosulnya. Dalam 2 tahun kegiatan barzanji ini berjalan, ia dan anggota-anggota yang lain selalu melakukan variasi agar remaja-remaja tidak terkesan bosan. Seperti lagu-lagunya di perbanyak, biasanya mereka menggunakan lagu-lagu yang sekarang sedang nge-Hits. Misalnya lagunya Wali Band berjudul  “Ya Allah” dan “Cari Berkah”. Selain itu, untuk menarik kaum remaja muslim, ia dan teman-temannya membuat arisan rutin di setiap pertemuan tersebut. Yang nantinya hasil dari arisan itu di sumbangkan kepada pihak yang memiliki hajatan. Katanya, kegiatan barzanji sekarang tidak hanya dilakukan atau diadakan ketika Mauludan saja, tetapi terkadang ia dan teman-temannya di undang saat ada Aqiqah, Ulang Tahun, Tasyakuran, dll.[24] Dan harapan Risma untuk barzanji kedepannya adalah ia ingin

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

B.     ANALISA
2.       Hasil Wawancara
Dalam hal ini saya berwawancara dengan remaja muslim yang mengikuti kegiatan barzanji rutinan di Desa Minggiran bernama Risma, bertempat tinggal di Desa Minggiran, Dusun Rejowinangun, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. Risma adalah seorang pelajar sekolah Madrasyah Aliyah di Nganjuk. Risma telah mengikuti kegiatan Barzanji sejak tahun 2012. Setiap Sabtu malam, ia harus mengosongkan jadwalnya untuk mengikuti kegiatan rutinan tersebut. Baginya, kegiatan tersebut sangat tidak mengganggu dirinya di malam Minggu. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk dirinya, daripada harus berpergian yang tidak ada manfaatnya seperti biasanya yang dilakukan remaja-remaja lain.[25] Baginya membaca kita Al-Barzanji sangat bermanfaat, untuk lebih mendekatkan dia kepada Sang Maha Pencipta dan mengagungkan Rosulnya. Dalam 2 tahun kegiatan barzanji ini berjalan, ia dan anggota-anggota yang lain selalu melakukan variasi agar remaja-remaja tidak terkesan bosan. Seperti lagu-lagunya di perbanyak, biasanya mereka menggunakan lagu-lagu yang sekarang sedang nge-Hits. Misalnya lagunya Wali Band berjudul  “Ya Allah” dan “Cari Berkah”. Selain itu, untuk menarik kaum remaja muslim, ia dan teman-temannya membuat arisan rutin di setiap pertemuan tersebut. Yang nantinya hasil dari arisan itu di sumbangkan kepada pihak yang memiliki hajatan. Katanya, kegiatan barzanji sekarang tidak hanya dilakukan atau diadakan ketika Mauludan saja, tetapi terkadang ia dan teman-temannya di undang saat ada Aqiqah, Ulang Tahun, Tasyakuran, dll.[26] Dan harapan Risma untuk barzanji kedepannya adalah ia ingin menambahkan alat instrumen rebana setiap kegiatan barzanji dilakukan. Menurut Alfitagita, budaya barzanji perlu dilestarikan sebab itu adalah kegiataan yang positif dan selain itu sebagai manusia Indonesia yang memiliki budaya beragam, usaha itu perlu sekali dilakukan. “Daripada remaja sekarang setiap malam minggu atau sabtu malam berpergian keluar yang tidak bermanfaat, sebaiknya mengikuti barzanji ini selain dapat manfaatnya juga dapat pahalanya, juga bisa bertemu teman-teman sepermainan sambil nostalgia”, ujarnya.[27] Untuk kedepannya Alfitagita ingin lebih banyak menambah lagu-lagu yang sekarang sedang populer di kalangan remaja, agar lebih menarik remaja muslim. Dan waktu untuk barzanji dipersingkat jangan terlalu lama karena anak remaja mudah bosan.[28] Dona Crownwilia baru mengikuti barzanji pada tahun 2013 lalu, selama hampir 2 tahun dia mengikuti barzanji, para senior remaja muslim sedikit demi sedikit melakukan pembaharuan kegiatan, “dahulu bacaannya sangat banyak sekali, sekarang lebih di kurangi jadi pulang juga tidak terlalu malam, tapi lagu-lagunya semakin banyak sehingga tidak terlalu jenuh mendengarkannya.”[29] Walaupun Dona masih junior tapi sekarang dia sudah menguasai semua lagu-lagu barzanji, karena lebih sedikit yang dibaca jadi lebih memudahkan dia untuk belajar. Karena rutin mengikuti barzanji dia lebih akrab dan dekat dengan masyarakat sekitar, jadi itulah manfaatnya mengikuti barzanji. Tidak hanya dapat pengalaman ilmunya, tetapi juga dapat silaturrahminya. Upaya Dona selama 2 tahun mengikuti barzanji agar barzanji tetap dilestarikan yaitu dia rutin mengikuti dan membantu membuat lagu-lagu baru. Bu Rhosidah pendiri kelompok barzanji desa Minggiran dusun Rejowinangun sangat senang, karena semakin hari remaja muslim yang mengikuti barzanji semakin bertambah.[30] Beliau mendirikan kelompok barzanji pada dasarnya ingin mengenalkan kepada remaja muslim lebih mengenal tentang rosulnya, meneladani sikapnya dan ketauhidtannya. Dan wadah yang mendominasi khas remaja adalah barzanji. Beliau sekarang juga sedang membuat sebuah program baru untuk barzanji, kedepannya beliau ingin membuat sebuah tema untuk setiap kegiatan barzanji dilakukan. Seperti tema ceria, sehingga nantinya remaja kelompok barzanji mengenakan baju muslim yang berwarna ceria (colorfull).[31] Sehingga kegiatannya lebih menarik dan benar-benar berbau remaja. Sama halnya dengan bu Warsih, walaupun beliau pendatang baru di kelompok barzanji, beliau tidak sungkan untuk mengenalkan kelompok barzanjinya kepada masyarakat luar, selain itu juga beliau juga banyak mengeluarkan ide-ide kreatif untuk kemajuan barzanji. Seperti mengajak anak-anak kecil berumur 5-10 tahun untuk ikut melihat proses kegiatan barzanji, diharapkan anak-anak ini nanti mampu mengikuti dan menggantikan kakak-kakak seniornya kelak.[32] Dan kegiatan barzanji tidak berhenti sehingga bisa berkelanjutan sampai ke generasi berikutnya.
 
C.     PEMBAHASAN
Barzanji adalah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada , biasanya tradisi ini dilakukan oleh masyarakat muslim ketika kelahiran bayi, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Tradisi barzanji semakin hari jika tidak dilestarikan, sedikit demi sedikit pasti akan hilang, apalagi tahun 2015 mendatang negara Indonesia masuk kedalam ekonomi ASEAN. Jadi upaya-upaya untuk melestarikannya sangat perlu sekali dilakukan. Dalam kasus ini, mayoritas dari remaja muslim desa Minggiran telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan barzanji. Mulai dari mengambil nada-nada dari lagu terpopuler yang nanti di masukkan kedalam barzanji , melengkapinya dengan alat musik rebana sehingga kegiatan barzanji semakin meriah tanpa menghilangkan kekhusyukkannya, sampai mengajak anak-anak berumur 5-10 tahun untuk melihat dan mengikuti kakak-kakaknya melantunkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw. Semua itu dilakukan remaja muslim desa Minggiran dusun Rejowinangun tanpa mencari imbalannya ataupun pujian dari orang lain, mereka melakukannya sekedar untuk meneladani Nabi juga melestarikan tradisi yang telah turun-temurun dilakukan muslim Indonesia.
Dipandang dengan kacamata islam di dalam surah Al Ahzab ayat 56 telah dijelaskan bahwa :
اِنَّ ا للَّهَ وَ مَلَئِكَتَهُ يُصَلُّوْ نَ عَلَى النَّبِيِّ قلى يَآَ يُّهَا الَّذِ يْنَ اَ مَنُوْ ا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56).[33]
Bahwa umat muslim diperintahkan untuk senantiasa bersalawat kepada nabi. Usaha yang dilakukan remaja muslim desa Minggiran jika dipandang dengan kacamata islam telah berkesinambungan dan selaras.
Menurut pendapat saya pribadi, memang ini adalah suatu upaya yang sangat baik sekali dan perlu dicontoh. Sebab kegiatan ini kalau di lihat di masyarakat kota sudah sangat jarang sekali dilakukan, kalau kegiatan ini juga jarang dilakukan di masyarakat desa jelas hasilnya barzanji akan hilang. Tapi melihat kegigihan remaja muslim desa Minggiran dusun Rejowinangun yang selama ini saya amati, mereka sangat serius sekali mengembangkan kegiatan ini dan saya juga berharap semoga generasi berikutnya juga melakukan hal yang sama. Mencintai tradisi sendiri adalah sebuah kekayaan yang tak bisa diukur dan didapatkan di tempat manapun.






DAFTAR PUSTAKA


Hasan, Tholhah. Kajian Pesantren Tradisi dan Adat Masyarakat : Menjawab Vonis            Bid’ah. Kediri : Pustaka Gerbang Lama, 2010.
Isma’il, Ibnu. Islam Tradisi:Studi Komperatif Budaya Jawa dengan Tradisi Islam.   Kediri: Tetes Publishing, 2011.

Muchtar, Rusdi. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta: PT Nusantaralestari Ceriapratama, 2009.

Ngadhimah, Mambaul. Shalawat Gembrungan : Mutiara Budaya Jawa-Islam.          Ponorogo : STAIN Ponorogo Press, 2010.
Wibowo, Fred. Kebudayaan Menggugat: menuntut perubahan atas sikap, perilaku,           serta sistem yang tidak berkebudayaan. Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHER, 2007.


Ayu. “Makna Barzanji”. Wordpress (online), 2012,       (http://aslibumiayu.wordpress.com/2012/07/23/tahukah-andaapa-arti-yang-      terkandung-dalam-barzanji/, diakses 13 September 2014).
Yayu. “Barzanji”. Wordpress (online), 2013,     (http://yayuelsahdotcom1.wordpress.com/2013/, diakses 18 September             2014).
“Barzanji”. Wikipedia (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Berzanji, diakses 13                        September 2014).
“Islam Agamaku”. Facebook (online), (http://www.facebook.com/islam1agamaku/,       diakses 18 September 2014).
“Pelestarian Budaya Islam Jadi Kebutuhan”. Republika             (online),(http://www.republika.co.id/mzu997-pelestarian-budaya-islam- jadi -kebutuhan.htm, diakses 20 September 2014