Pelestarian
Barzanji Di Era Globalisasi oleh Remaja Muslim Desa Minggiran Kabupaten Kediri
Indonesia
adalah negara penyumbang terbesar penduduk muslim di dunia dengan 202.867.000
penduduk muslim atau 88,22 % dari keseluruhan penduduknya ( sensus tahun 2000).[1]
Menelaah
temuan di atas, secara kuantitas, Indonesia patut di ‘acungi jempol’
sebagai penyumbang terbesar penduduk muslim sedunia. Walaupun kontribusi
intelektualnya masih sangat jauh di bawah proporsi bila dibandingkan Mesir,
Turki, Timur Tengah atau India dengan muslim minoritas. Hanya saja Indonesia
masih bisa berbangga, sebab Indonesia masih melestarikan budaya islamnya di era
globalisasi. Teknologi dan informasi semakin canggih setiap tahunnya, banyak penduduk
Indonesia yang mulai dan sudah mengikuti perkembangan negara barat yang entah
itu mengarah ke sikap negatif ataupun positif. Tetapi walaupun demikian, di
sisi lain Indonesia masih melestarikan budaya leluhurnya, seperti kita tahu
budaya ruwatan yang biasa dilaksanakan ketika bulan suro, kupatan
yang diadakan setiap bulan syawal, manaqib, dan lain sebagainya. Apalagi
jika budaya leluhur itu dilakukan oleh kaum remaja yang sekarang ini lebih
tertarik dengan budaya orang barat. Tapi remaja di Desa Minggiran Dusun
Rejowinangun Kecamatan Papar Kabupaten Kediri, mampu menyandingkan budaya
leluhurnya dengan budaya global. Seperti setiap hari sabtu malam atau malam
minggu selalu rutin diadakan barzanji oleh remaja muslim.
Maka dari
situlah saya tertarik untuk ingin lebih tahu bagaimana usaha mereka bisa tetap
melestarikan budaya islam kuno di era globalisasi.
A.
Barzanji
Berzanji
atau Barzanji ialah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Reading berzanji, is aimed to upgrade faith and
love of prophet Muhammad Saw. This ritual has been constantly civilized in
traditional javanese muslims for centuries.
Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad,
yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak,
remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan
sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk
dijadikan teladan umat manusia.[2]
Pembacaan
Barzanji pada umumnya dilakukan di berbagai kesempatan, sebagai sebuah
pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Di masjid-masjid
perkampungan, biasanya orang-orang duduk bersimpuh melingkar. Lalu seseorang
membacakan Barzanji, yang pada bagian tertentu disahuti oleh jemaah lainnya
secara bersamaan. Di tengah lingkaran terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil
lainnya yang dibuat warga setempat secara gotong-royong.
Pada saat ini, perayaan maulid dengan
Berzanji seperti itu sudah berkurang, dan umumnya lebih terfokus di
pesantren-pesantren kalangan Nahdlatul Ulama (Nahdliyin). Buku Berzanji tidaklah sukar
didapatkan, bahkan sekarang ini sudah banyak beredar dengan terjemahannya. Salah satu tradisi yang menarik dilaksanakan oleh kalangan umat
muslim adalah pembacaan kitab Barzanji (orang Jawa secara lisan menyebutnya sebagai ‘Berjanji’
atau‘Berjanjen’).
Barzanji atau sholawat
(barzanjen) adalah bentuk kesenian yang bernafaskan Islam atau sebagai sarana
dakwah Islam dengan Kitab Barzanji sebagai sumbernya (Paisun, 2010: 24). Kitab
Barzanji sendiri adalah karya tulis dari Syekh Ja’far Ibnu Hasan Ibnu
Abdul Karim Ibnu Muhammad al Barzanji yang berisi tentang prosa dan sajak yang
bertutur tentang biografi Nabi Muhammad
SAW, mencakup nasab-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak
hingga menjadi rasul. Selain itu diceritakan pula berbagai nilai suri tauladan beliau yang patut untuk
dicontoh oleh generasi umat Islam
Indonesia pada khususnya.Adapun dalam pemahaman lainnya,Barzanji
merupakan suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW
yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Tradisi budaya Islam ini dapat
dikategorikan sebagai kelompok seni pertunjukan yang terdiri dari vokal,
musik, dan tanpa tari atau gerakan badan. Kelompok dalam kesenian ini
cukup banyak lebih dari 20 orang bisa laki-laki ataupun perempuan muda atau
dewasa. Kesenian pembacaan barzanji ini pada ditampilkan pada malam hari dengan
posisi berdiri. Bisa dikatakan tradisi barzanji ini mirip dengan seni
musik acapella lainnya seperti nasyid yang kini tengah
populer, namun berbeda dengan nasyid kini sudah merangkul musik modern
sebagai saran dakwah. Tradisi seni barzanji
sendiri sangat terikat dengan kultur
mengingat barzanji sendiri merupakan syair puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.[3]
Oleh karenanya
, dalam membaca barzanji tidaklah bisa disamakan dengan membaca legenda Malin
Kundang yang hanya menyerap pelajaran dan matsal-matsalnya, namun juga sebagai
wahana tabaruk, tawasul dan mengharapkan bimbingan dengan
meneladani, do’a dan syafa’at dari Sang Agung yang ruhnya selalu hidup diantara
umat.
B.
Sejarah Barzanji
Nama
Berzanji diambil dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja'far al-Barzanji bin
Hasan bin Abdul Karim. Ia lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Barzanji
berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tersebut sebenarnya
berjudul 'Iqd al-Jawahir (Bahasa Arab, artinya kalung permata) yang disusun
untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, meskipun kemudian lebih
terkenal dengan nama penulisnya.[4]
Kitab
Barzanji yang nama aslinya ‘Iqd al Jawahir (Kalung Permata) di tulis
oleh Syekh Ja’far al Barzanji bin Husin bin Abd Karim (1690 M-1766 M) yang
lahir di Madina di kampung kelahirannya Barzanji.
Nama Barzanji mulai terkenal di dunia Islam ketika Syekh Mahmud al
Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang waktu itu
menguasai Irak (1920-an). Kitab ini ditulis dengan tujuan (Menurut penulisnya)
untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi SAW dan agar umat Islam meneladani
kepribadiaannya.
Di dalam Kitab al Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi SAW dalam bahasa yang indah, berbentuk puisi, prosa dan qasidah yang sangat menarik perhatian orang yang membaca, mendengarnya apalagi yang memahami arti dan maksudnya. Kitab al Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) di baca di mana-mana dalam berbagai kesempatan,seperti peringatan maulid, upacara pemberian nama seorang bayi, acara sunatan (khitanan), upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai syukuran dan ritual lainnya sebagai ritual yang dianggap meningkatkan iman dan membawa manfaat yang banyak.[5]
Di dalam Kitab al Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi SAW dalam bahasa yang indah, berbentuk puisi, prosa dan qasidah yang sangat menarik perhatian orang yang membaca, mendengarnya apalagi yang memahami arti dan maksudnya. Kitab al Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) di baca di mana-mana dalam berbagai kesempatan,seperti peringatan maulid, upacara pemberian nama seorang bayi, acara sunatan (khitanan), upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai syukuran dan ritual lainnya sebagai ritual yang dianggap meningkatkan iman dan membawa manfaat yang banyak.[5]
Adapun
historisitas Al Barzanji berawal dari lomba menulis riwayat dan puji-pujian
kepada Nabi yang diselenggarakan Shalahuddin pada 580 H/1184 M. Dalam kompetisi
itu, karya indah Syekh Ja`far al-Barzanji tampil sebagai yang terbaik. Sejak
itulah Kitab Al-Barzanji mulai disosialisasikan pembacaanya ke seluruh penjuru
dunia oleh salah seorang gubernur Salahudin yakni Abu Sa`id al-Kokburi,
Gubernur Irbil, Irak.
Di
Indonesia, tradisi Barzanji bukan hal baru, terlebih di kalangan Nahdliyyin
(sebutan untuk warga NU). Berzanji tidak hanya dilakukan pada peringatan Maulid
Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara
kelahiran, aqiqah dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya.
Bahkan, pada sebagian besar pesantren, berjanjen atau barzanji telah menjadi
kurikulum wajib.
Selain
al-Barzanji, terdapat pula kitab-kitab sejenis yang juga bertutur tentang
kehidupan dan kepribadian Nabi. Misalnya, kitab Shimthu al-Durar karya
al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Ada pula al-Burdah karya
al-Bushiri dan al-Diba’ karya Abdurrahman al-Diba’iy. Namun, yang
masyhur di masyarakat adalah al-Barzanji dan al-Diba’.
Al
Barjanji sendiri merupakan karya tulis berupa puisi yang terbagai atas 2 bagian
yaitu Natsar dan Nazhom. Bagian natsar mencakup 19 sub-bagian
yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima
akhir. Keseluruhnya merunutkan kisah Nabi Muhammad SAW, mulai saat-saat
menjelang Nabi dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas
kenabian. Sementara, bagian Nazhom terdiri dari 16 subbagian berisi 205
untaian syair penghormatan, puji-pujian akan keteladanan ahlaq mulia Nabi SAW,
dengan olahan rima akhir berbunyi nun.[6]
C.
Sejarah
Barzanji di desa Minggiran
Barzanji di desa Minggiran dusun Rejowinangun
dilaksanakan sejak tahun 2012. Barzanji ini dicetuskan oleh bu Rhosidah selaku
ketua kegiatan barzanji desa Minggiran dusun Rejowinangun. Awalnya jumlah
anggota yang mengikuti barzanji hanya sekitar 20 orang, yang mayoritas terdiri
dari remaja-remaja muslim desa Minggiran dusun Rejowinangun. Sampai tahun 2014
telah terhitung 40 orang yang telah menjadi anggota barzanji desa Minggiran
dusun Rejowinangun. Kitab yang di lantunkan adalah kitab Al-Barzanji. Biasanya barzanji
dilakukan setiap hari sabtu malam, dimulai sekitar pukul 19.00-21.00 wib.
Susunan kegiatan juga meliputi pembukaan barzanji, kirim do’a, shalawatan,
membaca kitab Al-Barzanji, makan, dan terakhir penutup. Awal pertama tahun 2012
belum ada kegiatan arisan rutinan di dalam barzanji, dan lagu-lagunya juga
masih belum sebanyak sekarang hanya lagu-lagu Imam Marush dan Shalatullah,
sekarang bertambah dengan adanya lagu Kramat dari Rhoma Irama, Ya Allah dari
Wali Band, Assatukhum, serta Cari Berkah dari Wali Band. Dulu barzanji
bertempat di musholla dan di rumah bu Rhosidah, tetapi sekarang dilaksanakan
bergantian sesuai dengan urutan arisannya atau dilaksanakan di rumah orang yang
memiliki hajat seperti ulang tahun, aqiqah, slametan, dan tasyakuran. Arisan
yang dilakukan juga bertujuan untuk membantu ekonomi orang yang memiliki hajat
tersebut.
D.
Tujuan Barzanji dalam Perspektif Islam
Tradisi
barzanji memiliki payung hukum yang jelas dan kuat di dalam islam. Sebagaimana
firman Allah ;
وَ كُلًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَ نبَآ ءِ اٌ لرُّ
سُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَا دَ كَ ج وَ جَآ ءَكَ فِى هَذِ هِ اٌ
لْحَقُّ وَ مَوْ عِظَةٌ وَذِ كْرَ ى لِلْمُؤْ مِنِيْنَ
“Dan semua kisah
dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud :120)[7]
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah” (QS. Al Ahzab : 21).[8]
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56).[9]
Allah SWT telah mengajarkan kepada kita, bahwa cara mencintai Nabi SAW
adalah :
1.Mentaati atau mengikuti sunnahnya “Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah”
(QS. Al Hasyr : 7). “Taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kamu mendapat rahmat” (QS.Ali Imran : 132).
2.Meneladani Akhlaknya “ Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab : 21)
“Carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu” (QS.Al Qashash:77).[10]
Berdasarkan seruan Allah di atas,maka manfaat suatu amalan hendaknya dilihat dari dua sisi,yaitu kepentingan akhirat dan kepentingan dunia. sebagaimana yang firmankan Allah SWT.
وَ اُ تَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَ نَا بَ إِ لَىَّ ج
ثُمَّ إِ لَىَّ مَرْ جِعُكُمْ فَأُ نَبِّئُكُم بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُو نَ
“ dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada kulah kembalimu, Maka
kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”[11]
At-Tasturi (w.283 H) dalam tafsirnya
menyatakan, “ Barang siapa menempuh jalan menuju Al-Haq hendaknya ia mengikuti
jejak orang-orang sholih, sebab keberkahannya bisa menghantarkan menuju Al-Haq
(Allah SWT).”
Dalam riwayat panjang yang menceritakan orang-orang ahli dzikir Nabi
bersabda :
هُمْ ا لْجُلَسَا ءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
“ mereka adalah
orang-orang dalam majlis yang tidak akan tertimpa celaka orang yang duduk di
majlisnya” (Shohih Bukhori : 5929, Shohih Muslim : 4854 dll).
Dalam Musnad Ahmad juga disebutkan :
“ Akan masuk surga atas syafaat dari
seorang laki-laki sekelompok kaum yang lebih banyak dari Bani Tamim.”
وَقَدْ وَرَدَ فِي اْلآ ثَرِ عَنْ سَيِّدِ الْبَشَرِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَا لَ : مَنْ وَ رَّ خَ مُؤْمِنًا
فَكَأَ نَّمَا أَ حْيَا هُ وَمَنْ قَرَأَ تَا رِ يْخَهُ فَكَأَ نَّمَا زَا رَهُ فَقَأَ نَّمَا زَارَهُ فَقَدِ ا
سْتَوْ جَبَ رِ ضْوَا نَ اللّهِ فِي حُرُ وْ رِ ا لْجَنَّةِ. (بغية المستر شد ين ,
ص ٩٧)
Tersebut dalam sebuah atsar;
Rasulullah pernah bersabda : Siapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah
meninggal) sama artinya menghidupkannya kembali, siapa membacakan sejarahnya
seolah-olah ia sedang mengunjunginya. Siapa yang mengunjunginya, Allah akan
memberinya surga.
Jadi, amal barzanji ini adalah salah satu wasilah dengan kecintaan,
pengidolaan tokoh-tokoh besar melalui pembacaan geografinya agar contoh
‘prihidup nyatanya’ bisa jadi suri tauladan, bimbingan dan futuh yang
akhirnya bisa mendekatkan muridin disisi Allah SWT.
Dr. Muhammad bin Alwy Al-Maliki berkata :
“ Seyogjanya kita mengerti bahwa tabarruk itu tiada lain adalah tawasul
terhadap Allah SWT melalui orang yang dialap berkah, baik dari atsarnya
(contoh peninggalan, ucapan, autobiografi), suatu tempat atau seseorang...”[12]
Lebih lanjut ia juga menyimpulkan bahwa tabarruk adalah sunnah
marfu’ah, dan suatu thoriqoh (prilaku) yang terpuji dan sesuai
syari’at. Sebagaimana yang dilakukan sahabat-sahabat utama.[13]
E.
Globalisasi
Pemanasan global sedang berlangsung di bumi.
Perubahan musim, mencairnya es di kutub dan kenaikan air laut, mengancam
keselamatan bumi, seluruh kehidupan manusia, dan alam. Semua itu terjadi akibat
ulah sebagian manusia yang hidup tak berkebudayaan. Hidup tanpa memedulikan
lagi nilai-nilai kemanusiaan seraya mengumbar keserakahan global. Dibutuhkan
komitmen masyarakat untuk menyelamatkan kehidupan di bumi. Sementara di Indonesia
sebagian orang masih asyik dengan dirinya sendiri, menghamba pada kapitalisme
dan gaya hidup yang selalu menuntut eksploitasi sumber alam tanpa batas,
pembabatan hutan dan tuntutan hidup mewah yang mau tak mau harus diperoleh dari
korupsi.[14]
Di Indonesia, di mana kebudayaan masyarakatnya
sebagian bercorak pertanian, kebudayaan dalam konteks norma dan sistem sosial
kemasyarakatan pedesaan masih tercermin secara sadar atau tidak sadar pada
setiap aspek kehidupan. Paternalistik, kesenangan berkumpul dalam rangka suatu
solidaritas, keterlibatan keluarga, semua ini mencerminkan kebudayaan agraris
yang masih berakar, meskipun di kota besar corak kehidupan semacam itu sudah
terkontaminasi dan termodifikasi oleh berbagai macam gaya hidup. Solidaritas
sosial di desa menjadi sangat positif ketika arah perhatian tertuju pada
kebersamaan, gotong royong, saling memperhatikan, dan menolong. Makna
peningkatan kualitas hidup dengan demikian memperoleh substansi yang tepat
dalam keadilan, kesejahteraan bersama, dan harmoni. Bukan kepentingan
individual atau kelompok tertentu.[15]
Indonesia sebagai negara bangsa pluralistik dan
multikulturalistik, dihuni oleh berbagai etnis, bahasa, agama, dan ideologi
serta letak geografis antardaerah yang luas, dipisahkan oleh ribuan pulau. Oleh
karena itu, dalam negara bangsa ini, resiko terjadinya konflik di masyarakat
sangat besar. Suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri adalah pernah terjadi
konflik dibeberapa daerah. Misalnya, konflik di Kalimantan Barat, Aceh, Poso,
dan Papua. Sejumlah konflik itu memiliki geneologi dan anatominya tersendiri.
Ada yang dipicu karena perbedaan dan kesenjangan etnis, agama, politik, dan
persoalan SARA lainnya, tetapi kebanyakan bersifat horizontal dengan melibatkan
etnis yang berbeda dan dipicu oleh sentimen keagamaan. Namun demikian, dalam
masyarakat Indonesia yang pluralistik dan multikulturalistik tersebut ada
norma-norma atau nilai-nilai yang dianut secara turun-temurun untuk dapat
mewujudkan kehidupan yang harmonis melampaui batas etnis, bahasa, agama, atau
ideologi.[16]
Dampak negatif dari globalisasi pada masyarakat Jawa
adalah munculnya bangunan etika-sosial yang berpedoman pada kesopanan dengan
pola kepura-puraan, mimik dan kamuflase, dan tidak memiliki egosentris yang
kuat. Sehingga untuk menilai kebenaran sangat sukar sekali. Ada pepatah “rubuh-rubuh
asem,” mana yang menjadi kecondongan orang banyak, itu yang diikuti.
F.
Tujuan Pelestarian Budaya
Tradisi merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang
secara historis keberadaannya dan keberlangsungannya bersifat turun temurun.
Tradisi masyarakat dapat berupa adat atau budaya masyarakat setempat. Dari
aktifitas ‘beradat’ atau ‘bertradisi’ ini, terbangun budaya dan masyarakat
berkebudayaan. Budaya adalah salah satu kekuatan sejarah.[17]
Namun apa yang dimaksud dengan “budaya” tergantung dari world view orang
yang mendefinisikannya. Dalam kehidupan empirik, banyak sekali budaya-budaya
lokal yang mempunyai label atau identitas keagamaan yang sangat beraneka ragam
di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kebudayaa tersebut lahir di dalam
masyarakat human culture interaction yang hanya bisa dipacu oleh culture
events.[18]
Islam menyentuh bagian paling privat dari masyarakat-budaya dengan membentuk
akal budi manusia, menelisik ruang batin untuk menyambungkan dengan Sang
Pencipta, memberi pandangan baru tentang alam fana dan hakikat Pencipta serta
mengilhami rasa-karya dari keelokan cipta-karsaNya.[19]
Tradisi budaya merupakan berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara
turun temurun dijalankan oleh masyarakat dan menjadi kebiasaan yang bersifat
rutin, contohnya tradisi slametan. Tradisi keagamaan adalah suatu kebiasaan
dari aktifitas yang telah berakar dalam kondisi sosial budaya, sehingga terjadi
semacam rutinitas, contohnya barzanji, dhiba’, grebegan, syawalan, dll.
Republika.Co.Id, Madinah, Pelestarian budaya Islam
sudah menjadi kebutuhan. Itu bisa digunakan secara bersama-sama untuk membangun
peradaban Islam di seluruh dunia.[20]
“Jika dimanfaatkan, ini akan mencegah upaya pelemahan terhadap umat Islam yang
datang dari segala arah,” kata Abdul Azis Othman Altwaijri, Direktur
ISESCO (Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO)
pada acara Konferensi Khusus Menteri Kebudayaan Negara-Negara Islam di
Madinah, Arab Saudi, Selasa (22/1).
Menurut Abdul Azis, jika seluruh negara yang
memiliki warisan budaya Islam bersatu dan dikembangkan, maka ini akan membangun
umat muslim dari keterpurukan. “Tentunya, dengan bantuan dan bimbingan Allah,”
katanya.
Jika umat Islam bersatu untuk mewariskan
budaya-budayanya, maka ini menjadi cara yang efektif untuk mencapai kemajuan
budaya. Hal tersebut sangat diperlukan untuk pembangunan yang lebih besar dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan teknologi.
Karena itu, Abdul Azis meminta, setiap negara yang
memiliki penduduk Islam, harus memanfaatkan semua potensi warisan budaya yang
ada. Ini merupakan tugas mulia untuk meneruskan regenerasi keislaman pada
generasi yang akan datang.[21]
Sebagai masyarakat pelarian dari daerah konflik
(India), orang Jawa mendambakan kehidupan aman, damai dan saling berdampingan.[22]
Secara psikologi, pembawaan orang Jawa yakni sentimental (perasa), sensitif
(peka), punya naluri kebersamaan, mendahulukan orang lain dan tidak suka
konflik. Pepatah Jawa menyebutkan, “Dedalani guna lan sekti, kudu andap
ashor, wani ngalah duwur wekasane.” ( Usaha menuju kesuksesan itu harus
ditempuh dengan rendah hati, berani mengalah, pada akhirnya akan mendapat
kemuliaan).
BAB III
DATA PENELITIAN
Penulis melakukan penelitian secara
kualitatif, dengan melakukan wawancara kepada remaja muslim Desa Minggiran
Dusun Rejowinangun Kecamatan Papar Kabupaten Kediri, mengenai usaha-usaha
mereka dalam melestarikan kesenian al-Barzanji.
A.
Paparan Data
1. Barzanji
Bacaan
puji-pujian yg berisi riwayat Nabi Muhammad saw.
2. Lokasi atau Tempat Penelitian
Desa
Minggiran, Dusun Rejowinangun, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.
3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
dilakukan selama 1 minggu dimulai pada hari Minggu, 21 September 2014 pukul
11.00 wib.
4. Narasumber
Remaja-remaja
muslim Desa Minggiran, Dusun Rejowinangun, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A.
ANALISA
1.
Hasil Wawancara
Dalam hal ini saya berwawancara dengan
remaja muslim yang mengikuti kegiatan barzanji rutinan di Desa Minggiran
bernama Risma , bertempat tinggal di Desa Minggiran, Dusun Rejowinangun,
Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. Risma adalah seorang pelajar sekolah
Madrasyah Aliyah di Nganjuk. Risma telah mengikuti kegiatan Barzanji sejak
tahun 2012. Setiap Sabtu malam, ia harus mengosongkan jadwalnya untuk mengikuti
kegiatan rutinan tersebut. Baginya, kegiatan tersebut sangat tidak mengganggu
dirinya di malam Minggu. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk
dirinya, daripada harus berpergian yang tidak ada manfaatnya seperti biasanya
yang dilakukan remaja-remaja lain.[23]
Baginya membaca kita Al-Barzanji sangat bermanfaat, untuk lebih mendekatkan dia
kepada Sang Maha Pencipta dan mengagungkan Rosulnya. Dalam 2 tahun kegiatan
barzanji ini berjalan, ia dan anggota-anggota yang lain selalu melakukan
variasi agar remaja-remaja tidak terkesan bosan. Seperti lagu-lagunya di
perbanyak, biasanya mereka menggunakan lagu-lagu yang sekarang sedang nge-Hits.
Misalnya lagunya Wali Band berjudul “Ya
Allah” dan “Cari Berkah”. Selain itu, untuk menarik kaum remaja muslim, ia dan
teman-temannya membuat arisan rutin di setiap pertemuan tersebut. Yang nantinya
hasil dari arisan itu di sumbangkan kepada pihak yang memiliki hajatan.
Katanya, kegiatan barzanji sekarang tidak hanya dilakukan atau diadakan ketika
Mauludan saja, tetapi terkadang ia dan teman-temannya di undang saat ada Aqiqah,
Ulang Tahun, Tasyakuran, dll.[24]
Dan harapan Risma untuk barzanji kedepannya adalah ia ingin
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
B.
ANALISA
2.
Hasil Wawancara
Dalam hal ini saya berwawancara dengan remaja muslim yang mengikuti
kegiatan barzanji rutinan di Desa Minggiran bernama Risma, bertempat tinggal di
Desa Minggiran, Dusun Rejowinangun, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. Risma
adalah seorang pelajar sekolah Madrasyah Aliyah di Nganjuk. Risma telah
mengikuti kegiatan Barzanji sejak tahun 2012. Setiap Sabtu malam, ia harus
mengosongkan jadwalnya untuk mengikuti kegiatan rutinan tersebut. Baginya,
kegiatan tersebut sangat tidak mengganggu dirinya di malam Minggu. Menurutnya,
kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk dirinya, daripada harus berpergian
yang tidak ada manfaatnya seperti biasanya yang dilakukan remaja-remaja lain.[25]
Baginya membaca kita Al-Barzanji sangat bermanfaat, untuk lebih mendekatkan dia
kepada Sang Maha Pencipta dan mengagungkan Rosulnya. Dalam 2 tahun kegiatan
barzanji ini berjalan, ia dan anggota-anggota yang lain selalu melakukan
variasi agar remaja-remaja tidak terkesan bosan. Seperti lagu-lagunya di
perbanyak, biasanya mereka menggunakan lagu-lagu yang sekarang sedang nge-Hits.
Misalnya lagunya Wali Band berjudul “Ya
Allah” dan “Cari Berkah”. Selain itu, untuk menarik kaum remaja muslim, ia dan
teman-temannya membuat arisan rutin di setiap pertemuan tersebut. Yang nantinya
hasil dari arisan itu di sumbangkan kepada pihak yang memiliki hajatan.
Katanya, kegiatan barzanji sekarang tidak hanya dilakukan atau diadakan ketika
Mauludan saja, tetapi terkadang ia dan teman-temannya di undang saat ada
Aqiqah, Ulang Tahun, Tasyakuran, dll.[26]
Dan harapan Risma untuk barzanji kedepannya adalah ia ingin menambahkan alat instrumen
rebana setiap kegiatan barzanji dilakukan. Menurut Alfitagita, budaya barzanji
perlu dilestarikan sebab itu adalah kegiataan yang positif dan selain itu
sebagai manusia Indonesia yang memiliki budaya beragam, usaha itu perlu sekali
dilakukan. “Daripada remaja sekarang setiap malam minggu atau sabtu malam
berpergian keluar yang tidak bermanfaat, sebaiknya mengikuti barzanji ini
selain dapat manfaatnya juga dapat pahalanya, juga bisa bertemu teman-teman
sepermainan sambil nostalgia”, ujarnya.[27]
Untuk kedepannya Alfitagita ingin lebih banyak menambah lagu-lagu yang sekarang
sedang populer di kalangan remaja, agar lebih menarik remaja muslim. Dan waktu
untuk barzanji dipersingkat jangan terlalu lama karena anak remaja mudah bosan.[28]
Dona Crownwilia baru mengikuti barzanji pada tahun 2013 lalu, selama hampir 2
tahun dia mengikuti barzanji, para senior remaja muslim sedikit demi sedikit
melakukan pembaharuan kegiatan, “dahulu bacaannya sangat banyak sekali,
sekarang lebih di kurangi jadi pulang juga tidak terlalu malam, tapi
lagu-lagunya semakin banyak sehingga tidak terlalu jenuh mendengarkannya.”[29]
Walaupun Dona masih junior tapi sekarang dia sudah menguasai semua lagu-lagu
barzanji, karena lebih sedikit yang dibaca jadi lebih memudahkan dia untuk
belajar. Karena rutin mengikuti barzanji dia lebih akrab dan dekat dengan
masyarakat sekitar, jadi itulah manfaatnya mengikuti barzanji. Tidak hanya
dapat pengalaman ilmunya, tetapi juga dapat silaturrahminya. Upaya Dona selama
2 tahun mengikuti barzanji agar barzanji tetap dilestarikan yaitu dia rutin
mengikuti dan membantu membuat lagu-lagu baru. Bu Rhosidah pendiri kelompok
barzanji desa Minggiran dusun Rejowinangun sangat senang, karena semakin hari
remaja muslim yang mengikuti barzanji semakin bertambah.[30]
Beliau mendirikan kelompok barzanji pada dasarnya ingin mengenalkan kepada
remaja muslim lebih mengenal tentang rosulnya, meneladani sikapnya dan
ketauhidtannya. Dan wadah yang mendominasi khas remaja adalah barzanji. Beliau
sekarang juga sedang membuat sebuah program baru untuk barzanji, kedepannya
beliau ingin membuat sebuah tema untuk setiap kegiatan barzanji dilakukan.
Seperti tema ceria, sehingga nantinya remaja kelompok barzanji mengenakan baju
muslim yang berwarna ceria (colorfull).[31]
Sehingga kegiatannya lebih menarik dan benar-benar berbau remaja. Sama halnya
dengan bu Warsih, walaupun beliau pendatang baru di kelompok barzanji, beliau
tidak sungkan untuk mengenalkan kelompok barzanjinya kepada masyarakat luar,
selain itu juga beliau juga banyak mengeluarkan ide-ide kreatif untuk kemajuan
barzanji. Seperti mengajak anak-anak kecil berumur 5-10 tahun untuk ikut
melihat proses kegiatan barzanji, diharapkan anak-anak ini nanti mampu
mengikuti dan menggantikan kakak-kakak seniornya kelak.[32]
Dan kegiatan barzanji tidak berhenti sehingga bisa berkelanjutan sampai ke
generasi berikutnya.
C.
PEMBAHASAN
Barzanji adalah suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada , biasanya tradisi ini dilakukan oleh masyarakat
muslim ketika kelahiran bayi, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw. Tradisi barzanji semakin hari jika tidak
dilestarikan, sedikit demi sedikit pasti akan hilang, apalagi tahun 2015
mendatang negara Indonesia masuk kedalam ekonomi ASEAN. Jadi upaya-upaya untuk
melestarikannya sangat perlu sekali dilakukan. Dalam kasus ini, mayoritas dari
remaja muslim desa Minggiran telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan
barzanji. Mulai dari mengambil nada-nada dari lagu terpopuler yang nanti di
masukkan kedalam barzanji , melengkapinya dengan alat musik rebana sehingga
kegiatan barzanji semakin meriah tanpa menghilangkan kekhusyukkannya, sampai
mengajak anak-anak berumur 5-10 tahun untuk melihat dan mengikuti
kakak-kakaknya melantunkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw. Semua itu
dilakukan remaja muslim desa Minggiran dusun Rejowinangun tanpa mencari
imbalannya ataupun pujian dari orang lain, mereka melakukannya sekedar untuk
meneladani Nabi juga melestarikan tradisi yang telah turun-temurun dilakukan
muslim Indonesia.
Dipandang dengan kacamata islam di dalam surah Al Ahzab ayat 56 telah
dijelaskan bahwa :
اِنَّ ا للَّهَ وَ مَلَئِكَتَهُ يُصَلُّوْ نَ عَلَى النَّبِيِّ قلى
يَآَ يُّهَا الَّذِ يْنَ اَ مَنُوْ ا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah penghormatan
kepadanya” (QS. Al Ahzab : 56).[33]
Bahwa umat muslim diperintahkan untuk senantiasa bersalawat kepada nabi.
Usaha yang dilakukan remaja muslim desa Minggiran jika dipandang dengan
kacamata islam telah berkesinambungan dan selaras.
Menurut pendapat saya pribadi, memang ini adalah suatu upaya yang sangat
baik sekali dan perlu dicontoh. Sebab kegiatan ini kalau di lihat di masyarakat
kota sudah sangat jarang sekali dilakukan, kalau kegiatan ini juga jarang
dilakukan di masyarakat desa jelas hasilnya barzanji akan hilang. Tapi melihat
kegigihan remaja muslim desa Minggiran dusun Rejowinangun yang selama ini saya
amati, mereka sangat serius sekali mengembangkan kegiatan ini dan saya juga
berharap semoga generasi berikutnya juga melakukan hal yang sama. Mencintai
tradisi sendiri adalah sebuah kekayaan yang tak bisa diukur dan didapatkan di
tempat manapun.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Tholhah. Kajian Pesantren Tradisi dan Adat
Masyarakat : Menjawab Vonis Bid’ah. Kediri : Pustaka Gerbang
Lama, 2010.
Isma’il, Ibnu. Islam Tradisi:Studi Komperatif Budaya Jawa dengan
Tradisi Islam. Kediri: Tetes
Publishing, 2011.
Muchtar, Rusdi. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia.
Jakarta: PT Nusantaralestari
Ceriapratama, 2009.
Ngadhimah, Mambaul. Shalawat Gembrungan : Mutiara
Budaya Jawa-Islam. Ponorogo :
STAIN Ponorogo Press, 2010.
Wibowo, Fred. Kebudayaan Menggugat: menuntut perubahan atas sikap,
perilaku, serta sistem yang
tidak berkebudayaan. Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHER, 2007.
Ayu. “Makna Barzanji”. Wordpress (online), 2012, (http://aslibumiayu.wordpress.com/2012/07/23/tahukah-andaapa-arti-yang- terkandung-dalam-barzanji/, diakses 13 September 2014).
Yayu.
“Barzanji”. Wordpress (online), 2013, (http://yayuelsahdotcom1.wordpress.com/2013/, diakses 18 September 2014).
“Islam
Agamaku”. Facebook (online), (http://www.facebook.com/islam1agamaku/, diakses 18 September 2014).
“Pelestarian Budaya Islam Jadi
Kebutuhan”. Republika (online),(http://www.republika.co.id/mzu997-pelestarian-budaya-islam-
jadi -kebutuhan.htm, diakses 20 September 2014
Slot Game by Casino City - Mapyro
BalasHapusSlot Game by Casino City. 통영 출장샵 Slot Game by Casino City is a game based on the popular 충청북도 출장마사지 slot 인천광역 출장샵 machines, like 문경 출장마사지 Wheel of Fortune, Wheel of Fortune, Jackpot, 화성 출장샵